Pages

CSS

Jumat, 23 Agustus 2013

Puisi Ikatan Cinta

Angin bertiup menyapu semua kerikil-kerikil cinta
Ombak menerjang karang yang menjadi keteguhan asmara
Ku bersimpuh pada sajadah yang terhampar

Ya Alloh berilah ruang untuk cinta kita
Satukan dua hati ini yang berbeda
Taburkan bunga-bunga cinta

Diantara kita berdua
Getarkan hati aku dan hati dia
Tuk menuju kehidupan bersama
Demi meraih kehidupan cinta



KARYA: SHINTA NURAINI
Angin bertiup menyapu semua kerikil-kerikil cinta
Ombak menerjang karang yang menjadi keteguhan asmara
Ku bersimpuh pada sajadah yang terhampar
Ya Alloh berilah ruang untuk cinta kita
Satukan dua hati ini yang berbeda
Taburkan bunga-bunga cinta
Diantara kita berdua
Getarkan hati aku dan hati dia
Tuk menuju kehidupan bersama
Demi meraih kehidupan cinta

Setia

 102 20 0
 
Hamburan asmara menyirami relung jiwa
Benih cinta mekar dalam balutan kelopak bunga
Dalam hamparan ilalang yang merajut dunia
Cinta
Rasamu rasaku kini ada
Menyatu dalam ikatan setia
Saling mengerti dan percaya
Setia
Walau dalam ruang waktu berbeda
Kau dan aku satu rasa
Menjaga asmara cinta sejujurnya
- See more at: http://www.puisikatahati.com/#sthash.a3Oozmmb.dpuf

Setia

 102 20 0
 
Hamburan asmara menyirami relung jiwa
Benih cinta mekar dalam balutan kelopak bunga
Dalam hamparan ilalang yang merajut dunia
Cinta
Rasamu rasaku kini ada
Menyatu dalam ikatan setia
Saling mengerti dan percaya
Setia
Walau dalam ruang waktu berbeda
Kau dan aku satu rasa
Menjaga asmara cinta sejujurnya
- See more at: http://www.puisikatahati.com/#sthash.a3Oozmmb.dpuf

Setia

 102 20 0
 
Hamburan asmara menyirami relung jiwa
Benih cinta mekar dalam balutan kelopak bunga
Dalam hamparan ilalang yang merajut dunia
Cinta
Rasamu rasaku kini ada
Menyatu dalam ikatan setia
Saling mengerti dan percaya
Setia
Walau dalam ruang waktu berbeda
Kau dan aku satu rasa
Menjaga asmara cinta sejujurnya
- See more at: http://www.puisikatahati.com/#sthash.a3Oozmmb.dpuf

Setia

 102 20 0
 
Hamburan asmara menyirami relung jiwa
Benih cinta mekar dalam balutan kelopak bunga
Dalam hamparan ilalang yang merajut dunia
Cinta
Rasamu rasaku kini ada
Menyatu dalam ikatan setia
Saling mengerti dan percaya
Setia
Walau dalam ruang waktu berbeda
Kau dan aku satu rasa
Menjaga asmara cinta sejujurnya
- See more at: http://www.puisikatahati.com/#sthash.a3Oozmmb.dpuf

Selasa, 20 Agustus 2013

Tak mudah bagiku menyayangi seseorang.

Dari diriMu aku mengetahui arti cinta Dari diriMu 
juga aku bisa merasakan kasih sayang yng tulus 

Dari diriMu pun aku mengetahui arti kesetiaan Tapi,
Apakah itu semua akan bertahan lama atau hanya sementaraa.? 

Tak mudah bagiku menyayangi seseorang.
 Tapi adaNya diriMu aku bisa 
merasakan dan mendapatkan itu semua..


karya: Edwin Bieber





 

Sabtu, 17 Agustus 2013

Curahan Hatiku

Mencintaimu haruskah sesakit ini sayang disaat aku tulus aku dipermainkan :') ..
apa itu yang kamu bilang kamu
 "sayang aku" semua janji "
 yang kamu kasih ke aku itu semua 
"PALSU" 
ternyata harapan aku ke kamu itu hanya
 "HAYALAN" 
lebih baik kamu jujur dari pada harus bebebohong..
kamu tau tidak aku 
"RAPUH"
 pas aku tau aku hanya
 "PERMAINAN" kamu saja,, 
aku lebih memilih  "DIAM" 
karna aku sudah terlalu "SAKIT" aku capek harus berpura-pura "tegar" di depan semua orang karna aku tidak mau orang tau kalo aku lagi "SEDIH"
"RAPUH"












Selasa, 06 Agustus 2013

TANGISAN MATA BUNDA

Dalam Senyum mu kau sembunyikan letih mu
Derita siang dan malam menimpa mu
tak sedetik pun menghentikan langkah mu
Untuk bisa Memberi harapan baru bagi ku

Seonggok Cacian selalu menghampiri mu
secerah hinaan tak perduli bagi mu
selalu kau teruskan langkah untuk masa depan ku
mencari harapan baru lagi bagi anak mu

Bukan setumpuk Emas yg kau harapkan dalam kesuksesan ku
bukan gulungan uang yg kau minta dalam keberhasilan ku
bukan juga sebatang perunggu dalam kemenangan ku
tapi keinginan hati mu membahagiakan aku

Dan yang selalu kau berkata pada ku
Aku menyayangi mu sekarang dan waktu aku tak lagi bersama mu
aku menyayangi mu anak ku dengan ketulusan hati ku



karya: Shinta Nuraini

DOA UNTUK IBU

Aku tak tau apa yang harus kuLakukan tanpa dia
Dia yang seLaLu mengerti aku
Dia yang tak pernah Letih menasehatiku
Dia yang seLaLu menemani

DiaLah Ibu
Orang yang seLaLu menjagaku
Tanpa dia aku merasa hampa hidup di dunia ini
Tanpa.nya aku bukanlah apa-apa

Aku hanya seorang manusia Lemah
Yang membutuhkan kekuatan
Kekuatan cinta kasih dari ibu
Kekuatan yang Lebih dari apapun

Engkau sangat berharga bagiku
WaLaupun engkau seLaLu memarahiku
Aku tau
Itu bentuk perhatian dari mu
Itu menandakan kau peduLi denganku

Ya Allah,,
BerikanLah kesehatan pada ibuku
PanjangkanLah umur.nya
Aku ingin membahagiakan.nya
SebeLum aku atau dia tiada

Terimakasih Ibu
Atas apa yang teLah kau berikan padaku
Aku akan seLaLu menyanyangimu



karya: shinta Nuraini

Doa'mu Ibu

Ibu...!
Aku tahu...
Semua letihmu itu tulus
Dan...akupun tahu
Bukan apa-apa yang engkau ingin
Engkau tak pernah inginkan apa-apa

Ibu...!
Dulu engkau pernah bilang
Cepatlah besar anakku !
Jadilah engkau orang besar
Yang membesarkan hati Ibu

Ibu...!
Semua hebatku
Tak kan pernah ada
Tanpa ikhlas pengorbananmu

Ibu...!
Sabdamu adalah do'a
Do'a yang nyaring terdengar
Dan pasti... didengar !

Bukan gelimang harta tuk membalas
Bukan pula, tahta dan mahkota
Sujud dan bakti jualah
Harta yang sesungguhnya!



karya: Shinta Nuraini

Terima Kasih Ibu

IBU...rambutmu kini sudah mulai memutih
Kulitmu tak lagi kencang
Penglihatanmu tak lagi terang
Jalanmu kini sudah mulai goyang

Namun..apa yang terlihat
Semua itu tak pernah engkau rasakan
Semua itu tak pernah engkau pedulikan
Aku paham, semua itu demi anakmu

Sepanjang jalan engkau mengais rejeki
Sepanjang waktu engkau berhitung
Berapa laba kau dapat hari ini
Tuk membayar semua letihmu

Engkau tak lagi dapat membedakan
Mana siang, mana malam
Semangat mengalahkan gemetar kakimu
Dan segala rasa lelahmu

Ini semua...untuk siapa?
Hanya untuk anakmu
Anak yang engkau impikan menjadi orang hebat
Mencapai setumpuk asa

IBU...sampai kapanpun,
Anakmu tak kan pernah lupa
Atas semua jasa, do'a dan derita
Keringat yang engkau cucurkan

IBU...engkau sudah terlalu besar, berkorban
Hanya surga yang pantas membayar tulusmu
Hanya Tuhan yang pantas menjagamu
Dunia dan akherat...

IBU...
Anakmu kan selalu merindumu
Do'a di setiap hembus nafas ini
Terima kasih...IBU, untuk semua ikhlasmu



karya: Shinta Nuraini

Selembar Puisi Untukmu Ibu

Dentang nafasmu menyeruak hari hingga senja
Tak ada lelah menggores diwajah ayumu
Tak ada sesal kala semua harus kau lalui
Langkah itu terus berjalan untuk kami
Dua bidadari kecilmu…

Desah mimpimu berlari
mengejar bintang
Berharap kami menjadi mutiara terindahmu
Dalam semua peran yang kau mainkan di bumi
Ini peran terbaikmu

Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami
Mengurai senyum disetiap perjalanan kami
Mendera doa disetiap detik nafas kami
Ibu… kau berlian dihati kami

Relung hatimu begitu indah
Hingga kami tak sanggup menggapai dalamnya
Derai air matamu menguntai sebuah harap
Di setiap sholat malammu

Ibu…
Kami hanya ingin menjadi sebuah impian untukmu
Membopong semua mimpimu dalam pundak kami

Ibu…
Jangan benci kami
jika kami membuatmu menangis.



karya: Shinta Nuraini

SAHABAT

Darimu ku temukan arti sebuah persahabatan
Engkau hadir menemani hari-hari ku
Saat sedih dan bahagia
Lalui hari bersamamu
Ingatlah saat itu sahabat
Aku bercanda tawa bersamamu
Namun apakah kebersamaan ini terus  berjalan?
Akankah kita selalu bersama?

Persahabatan saat bersamamu
Akan selalu tersimpan di benakku
Namun kini aku dan dirimu terpisahkan oleh waktu
Janji yang pernah kita ucapkan di masa lalu
Akan terus teringat dalam ingatan ku
Ingatlah sahabat aku selalu mengenangmu
Tentang semua kebersamaan itu
Andai kau tau sahabat harapan ku untuk tetap bersamamu
Namun semuanya telah menjadi kenangan terindah bagi ku sahabat



karya: Shinta Nuaini

TIDAK PERNAH ADA YANG NAMANYA MANTAN SAHABAT

Sahabat
Kau selalu menemaniku
Di saat aku sedih maupun aku gembira
Kau seperti Matahari yang menyinari bumi
Kau seperti ada di dalam jiwa & ragaku

Oh Sahabat
Aku terpikir bila kita tidak bersama-sama lagi
Jika Tuhan bisa aku ajak bicara
Aku pasti bicara "Ohh Tuhan jika kau ambil nyawa sahabat ku,ambilah juga nyawaku''
Jika diperintahkan untuk memilih pun aku pasti memilih sahabat dari pada seorang kekasih

Sahabat
Aku berharap kita tidak akan berpisah lagi



karya: Shinta Nurini

SAHABAT TUK SELAMANYA

Telah lama kau menemani
Langkah kaki disepanjang perjalanan hidupku ini
Kau adalah bagian hidupku
Dan aku menjadi bagian hidupmu

Kau seperti angin di bawah sayapku
Sendiri ku takkan seimbang
Terkadang aku pun bertanya
Apa jadinya bila dirimu tak ada di jiwa & ragaku?


karya: Shinta Nuraini

MENANGISLAH SOBAT

Tak bisa ungkap dengan kata apapun
Ini memang sangat membosankan
Ini begitu melelahkan
Bahkan, ini sangat menjengkelkan
Tubuh seakan beku dalam bongkahan es
Membeku tidak tahu kapan akan mencair

Yaa, itu benar sobat
Itu semua seperti sorot lampu panggung tanpa penonton
Menerangi tubuh di dalam kegelapan
Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata
Ini sangat menyedihkan.
Namun, ingatlah sobat.
Kau tidak sendiri
Kau tidak berdiri sendiri di kegelapan itu

Teteskanlah air matamu jika hatimu merasa terisak
Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas
Karena itu lebih baik ku lihat
Dari pada kau terdiam kaku di bawah sorot lampu itu
Bagai seorang tokoh tanpa dialog.


karya: Shinta Nuraini

TEMAN SEJATI

Seorang teman adalah seseorang
tertawa dan menangis dengan Inspirasi,
Seseorang yang meminjamkan tangan membantu,

meskipun teman-teman mungkin tidak selamanya,
Dan mereka tidak mungkin berakhir bersama-sama,
kenangan persahabatan sejati akan

bertahan selamanya.
Seorang teman bukanlah bayangan atau hamba
Tetapi seseorang yang memegang
sepotong seseorang dalam hatinya.

Seseorang yang berbagi senyum,
Seseorang yang mencerahkan hari Anda

UNTUK KAWANKU


Aku tau aku salah
Aku tau aku melukai hati mu
Tapi bukan maksut ku seperti itu kawan
Kata-kata maaf slalu aku ucapkan untuk mu
Tapi apalah daya
tak ada gunanya semua itu di benakmu
Aku tak ingin persahabatan ini hancur
Aku ingin kita selalu tetap bersama
Maaf kan aku kawan
Aku sayank kalian
aku tak bisa apa" tanpa kalian
Aku tak bisa berdiri tegak tanpa kalian
Hanya kata" maaf yang bisa aku utarakan
Hanya kata" maaf yang bisa ku berikan
aku rela aku serahkan jiwa raga ku untuk kalian
Demi persahabataan ini aku rela berkorban hanya demi kalian
 


Aku Menunggumu

Afwan (maaf) Ukhti[1], semoga ini tidak melukai Anti [2] dan keluarga Anti . Ana [3] pikir sudah saatnya Ana memberi keputusan tentang “proses” kita. Ya…, seperti yang Anti ketahui bahwa selama ini Ana telah berusaha melobi orang tua dengan beragam cara mulai dari memahamkan konsep nikah “versi” kita, memperkenalkan Anti pada mereka hingga melibatkan orang yang paling ayah percaya untuk membujuk ayah agar mengizinkan Ana untuk menikahi Anti .”
“Namun hingga sekarang nggak ada tanda-tanda mereka akan melunak, jadi menurut Ana…, sebaiknya Ana mundur saja dari “proses” ini!” Dana diam sejenak untuk menunggu respon dari seberang, tapi hingga beberapa detik tidak ada tanggapan. “Perlu Anti ketahui bahwa orang tua Ana sebenarnya sudah tidak keberatan dengan Anti hanya saja Timing-mya (waktu) belum tepat. Ayah Ana khawatir Ana tidak mampu menafkahi Anti jika belum bekerja. Apalagi Anti juga masih kuliah. Jadi Ana rasa, ahsan (lebih baik) kita nggak komitmen dulu hingga keadaannya membaik! Anti nggak keberatan kan Ukhti?”
“Keberatan…? Alhamdulillah nggak! Namun kalau Ana boleh kasih saran, apa tidak lebih baik kalau kita terus melobi sambil tetap proses saja. Soalnya kan kita sudah mantap satu sama lain, nggak enak kalau mundur di saat seperti ini. Apalagi permasalahannya sudah mulai mengerucut ke arah ma’isyah (penghasilan) saja.
Anta [4] pasti masih ingat gimana sulitnya awal kita membujuk orang tua, rasanya semua kriteria kita ditolak. Segala keterbatasan kita jadi aib yang sangat besar, pokoknya semua jalan sepertinya sudah tertutup rapat. Namun kenyataannya hanya dalam waktu 2 minggu kita bisa menghilangkan semua syarat menjadi satu syarat saja: PEKERJAAN!”
Dini, gadis tegar itu akhirnya bicara juga. “Akhi [5]…,kita hanya tinggal selangkah, tetaplah ber-ikhtiar dan jangan putus asa. Bukankah Allah Maha membolak-balikkan hati?”
“Benar, Ana paham soal itu, Ana memang akan tetap melobi orang tua Ana, akan tetapi kalau kita terikat, Ana khawatir menghalangi Anti proses dengan ikhwan lain yang lebih selevel dibanding Ana. Lagi pula Ana khawatir tidak bisa menjaga hati”.
“Takut menghalagi Ana untuk proses dengan ikhwan lain? Itu kan urusan Allah bukan urusan Anta! Kewajiban Anta sekarang adalah berjuang mempertahankan sesuatu yang Anta sudah mantap dengannya. Hasil istikharah itu nggak mungkin salah. Tinggal bagaimana cara kita mengaplikasikannya saja.”
Hening sejenak….
“Ya….tapi kalau memang Akhi sudah merasa syak (ragu) terhadap Ana dan mantap untuk mundur, Alhamdulillah. InsyaAllah Ana akan dukung sepenuhnya”.
“Nggak!!” Reflek Dana berteriak.
Astaghfirullahaladzim, Afwan (maaf) maksud Ana, Ana sama dengan keluarga Ana sudah tidak syak pada Anti , kami sangat menyukai Anti dan keluarga Anti . Selain itu Ana juga takut perasaan ini semakin mendalam, Ana ini hanya hamba yang dhaif (lemah) yang masih kesulitan mengekang hawa nafsu”.
Dana berhenti lagi, dadanya terasa sesak, air matanya mengalir semakin deras. Jauh di dalam hatinya, sesungguhnya ia merasa malu pada Allah atas kelalaiannya, jatuh cinta!
“Halo…!!” Dini merasa Dana diam terlalu lama. Dia tidak tahu kalau pemuda itu sedang menangis. Tapi dia mengerti apa yang sedang terjadi padanya. “Ya udah…, kalau begitu sekarang kita sepakat untuk membatalkan “proses” ini!!! Setelah ini insyaallah kita tidak akan lagi berhubungan kecuali untuk keperluan syar’i yang sangat darurat, iya kan?”
Dini sengaja memberi jeda agar Dana bicara, tapi ikhwan itu memilih terus diam “Akhi …kita tetap baik ya! Hubungan dengan keluarga harus tetap dijaga, jangan suudzdzon pada ayah dan bunda karena bisa jadi keputusan mereka adalah salah satu dari jalan Allah untuk menguji kita”. Dini berhenti lagi tapi Dana masih enggan berkomentar.
“Laa Tahzan, ya Akhi …, insyaallah kalau kita niatkan semuanya demi keridhaan Allah, maka Dia akan mencatat bagi kita pahala yang besar. Afwan jika selama proses ta’aruf ini…Ana, teman-teman, dan keluarga Ana banyak melakukan kekhilafan. Ana mewakili mereka dan diri Ana sendiri untuk memohon maaf pada Anta. Bersabarlah karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar…” Samar, Dini mendengar isak tangis di seberang. Dia nyaris tidak percaya…
“Semoga ini bisa menjadi mahar cinta kita pada Allah dan semoga Akhi mendapat ganti yang lebih baik…’ Amin.”
Suara isak tangis makin terdengar jelas.
Akhi …kalau sudah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, tafadhal (silahkan) diakhiri!”
Tidak ada tanggapan.
“Halo…!!?. Ya udah, kalau gitu biar Ana yang tutup telponnya, ya…?”
Sepi.
“Assalamualaikum!” “Klik”.
Percakapan diantara mereka berakhir, tapi Dana baru menyadarinya. Dia segera bergegas wudhu dan shalat. Jujur, sebenarnya dia sudah sangat mantap dengan mantan calon istrinya itu…Namun dia tidak yakin dapat membahagiakan akhwat itu kalau dirinya belum bisa menafkahi dengan layak.
Padahal Dini dan keluarganya tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka sangat wellcome padanya. Ah…,mungkin ini sudah takdirnya. Mungkin Allah melihat bahwa akhwat itu terlalu baik utnuk dirinya. Mungkin seharusnya akhwat sekaliber dia, mendapatkan ikhwan yang jauh lebih baik dari dirinya. Dia benar-benar merasa tidak level!!
“Ya…, ikhwan lemah sepertiku, mana mungkin mendapatkan seorang Dini. Populer tapi tetap rendah hati, tegar, bijaksana, wara’, zuhud, qanita, qanaah…Pokoknya semua sifat baik ada padanya. Sedangkan aku, semoga aku nggak akan menyakiti akhwat lain setelah ini.”
Astaghfirullahaladzim…, apa yang telah kusombongkan selama ini? Sudah ikut mulazamah (berguru dengan ustadz) bertahun-tahun tapi masih belum berani mengamalkan ilmu yang kudapat sedikit pun. Katanya percaya bahwa orang yang menikah pasti akan dijamin rezekinya oleh Allah, ternyata aku nggak lebih hanya seorang ikhwan pengecut.
Dana tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri. Dia benar-benar merasa tak berarti.
“Dulu…., aku pernah begitu khusyu’ berdoa pada Allah agar dipertemukan dengan akhwat shalihah yang nggak banyak permintaan seperti dia. Sekarang ketika sudah dapat, malah kusia-siakan. Kini aku sadar bahwa Allah selalu mengabulkan permohonan hamba-Nya. Manusialah yang selalu kufur terhadap rabb-nya.”
Di tempat yang berbeda, Dini menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Dia tetap ceria seperti biasanya. Ya…, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Kecewa? Jelas ada, karena dini juga hanya manusia biasa. Namun dia bisa mengemas kekecewaannya dengan manis, membuat kesedihannya menjadi sesuatu yang lumrah dari proses kehidupan.
Dia percaya bahwa hatinya tidak mungkin berbohong dan janji Allah pasti terjadi. Maka sesulit apapun kondisi yang dihadapi saat itu, dia mencoba untuk tetap tersenyum. Jujur, aku bangga padanya.
“Aku sudah mantap dengannya, kak. Aku yakin dialah jodohku. Aku akan terus menunggunya…”
Sepekan kemudian, Dana menitipkan biodata ikhwan lain yang merupakan teman dekatnya untuk diberikan pada Dini. Menurutnya, Ikhwan itu bisa membahagiakan Dini karena sudah matang dan punya pekerjaan tetap. Jelas, Aku Tahu bahwa pendapatnya keliru.
Dini bukan mengharap ikhwan yang matang dan mapan. Dia hanya mengikuti kata hatinya saja. Diniku tidak akan bahagia hanya dengan harta dan tahta. Namun, tak urung diterima juga biodata itu. Dan bisa ditebak, bagaimana reaksi Dini saat kuberikan empat lembar kertas berukuran A4 itu. Dini menggelang pasti.
Anti coba istikharah-kan dulu. Barangkali semuanya bisa berubah…,” bujukku.
Jazakumullah khair, tapi…Afwan tolong jangan paksa Ana, Kak!”
***Cacatan redaksi
Ikhwan fillah, mungkin sebagian Anda akan menganggap Dana sebagaimana penilaian Dana terhadap dirinya sendiri. Pengecut, jahil, dan sifat-sifat buruk yang lainnya. Tapi bagi saya, Dana tidaklah seburuk itu, justru sebaliknya, Dana dalam pandangan saya adalah ikhwan yang baik.
Dia berani mengambil resiko dengan mundur dari proses dan memilih untuk bersabar melawan nafsunya. Padahal kalau dia mau, dengan sikap Dini yang penurut, dia bisa minta untuk tetap meneruskan hubungan dengan gadis pilihannya itu. Namun dia tahu bahwa di atas segalanya, Allah-lah yang patut utnuk lebih dicintai.
Dana yakin bahwa jodoh adalah kekuasaan Allah dan Dia tetah menetapkannya 50 ribu tahun sebelum semesta ada. Dia tahu kalau jodoh pasti akan ketemu lagi, bagaimanapun caranya. Mungkin Dini tidak akan pernah tahu kalau biodata yang kusodorkan kemarin adalah kiriman Dana.
Mungkin Dana juga tidak akan pernah tahu kalau ternyata Dini akan terus menunggunya. Dan mereka juga tidak boleh tahu bahwa diam-diam aku selalu mendoakan kebaikan untuk mereka. Entah bagaimana ending kisah ini nantinya, yang pasti aku selalu berharap agar masing-masing dari mereka mendapatkan ganti yang lebih baik. Segera…..

Taubatnya Seorang Jagoan

Awal 1993
Aku lega, urusanku dengan pihak kepolisian tidak berlanjut lebih panjang lagi. Hal itu karena masalah tawuran di sekolah kami bisa diselesaikan dengan damai. Inilah pertama kalinya aku berurusan dengan polisi. Seorang siswa kelas 3 SMP, yang masih mengenakan celana pendek ketika sekolah, tapi sudah berani ikut tawuran. Masalahnya? Ah, aku sendiri lupa. Yang pasti, justru ada rasa bangga di hatiku. Orang tuaku tidak boleh tahu hal ini. Surat panggilan untuk mereka sudah kubuang jauh-jauh tadi.
Ah, aku tak peduli. Toh selama ini mereka tidak pernah memperhatikanku, sibuk dengan urusannya sendiri. Keluargaku memang bukan golongan jet set, meski demikian kebutuhan materiku lebih dari tercukupi. Tapi aku heran, kenapa aku jarang berkomunikasi dengan mereka? Hingga sebesar ini, aku belum juga bisa mengaji dan shalat. Tidak ada yang mengajariku tentang agama, apalagi keluargaku sendiri masih awam. Tapi, siapa peduli?

Tahun 1994
Sekarang aku sudah duduk di SMA favorit di kotaku. Tapi kebandelanku bukannya berkurang, justru semakin bertambah. Aku sudah lupa, berapa kali aku terlibat perkelahian dengan alasan yang tidak jelas, bolos sekolah, dan merokok.
Hingga suatu hari aku bertemu dengan seorang teman, yang mengajariku untuk berguru pada orang “pintar”. Kuterima tawaran itu dengan senang hati. Satu hal yang harus kupantang atas anjuran “kyai” agar berhasil yakni aku harus menjahui “molimo”. Maka senakal-nakalnya aku, tidak pernah sampai mabuk, bahkan pacaran pun aku tidak pernah, demi menjalani perintah itu.
Sekarang jimat jadi andalanku. Agar penampilanku tambah “gagah”, sering aku mengenakan anting di hidung atau di alis. Meski demikian, aku tetap saja memiliki katakutan di sisi hatiku yang dalam. Aku takut jika tiba-tiba ada orang yang menusukku dari belakang, atau tanpa sepengetahuanku menyerang dengan senjata tajam.
Dengan “prestasiku” itu, hampir setiap “pekerja jalanan” mengenalku. Aku mengenal sopir angkot, kernet, tukang ojek, tukang becak, dan orang-orang terminal, karena memang di situ aku bergaul. Ya… di rumah aku jadi anak manis karena memang sikapku yang kalem, tapi diluar aku bisa bertindak seenaknya. Meski demikian, aku merasa ada sesuatu yang masih ingin kumiliki, entah apa itu.
Hari ini pertama kalinya aku melihat ibuku menangis, hanya karena aku pamit mau ke jogja dan tinggal agak lama di sana. Dan untuk pertama kalinya pula aku menyadari, ternyata selama ini orang tuaku sangat memperhatikanku. Aku telah salah menilai. Rasanya aku ingin minta maaf pada ibuku. Tapi jiwa remajaku melarangnya.
Berhari-hari aku merenungi peristiwa itu. Ada keinginan untuk memperbaiki diri. Tapi bagaimana caranya?
Akhir 1995
Aku sudah kelas 3 SMA. Meski demikian, tidak terlintas sama sekali dalam benakku apa yang akan kulakukan setelah lulus. Ketika teman-teman yang lain sibuk belajar, aku lebih suka nongkrong dengan teman-temanku.
Hingga suatu malam, saat aku nongkrong seperti biasa, aku mendengar ada suara pengajian dari radio. Suaranya cukup keras, hingga bisa terdengar dengan jelas. Awalnya aku tidak menggubris suara itu, namun tiba-tiba,”….Allah tidak akan mengampuni bosa syirik….” mubaligh tersebut mengutip suatu ayat Al-Quran. Aku sendiri tidak tahu apa kelanjutannya, tapi entah kenapa, tiba-tiba aku merasa takut mendengar ayat tadi.
Rasanya seluruh otakku tiba-tiba dipenuhi oleh suara tadi. Dan entah kenapa, aku seperti mendengar suara itu berulang-ulang,”….Allah tidak akan mengampuni dosa syirik…” Bukankah apa yang kulakukan selama ini adalah kesyirikan (seperti guru agama pernah menerangkan kepadaku)? Ya, aku telah bergelut dengan jimat, tenaga dalam, dan tetek bengeknya yang semuanya adalah syirik. Benarkah Allah tidak akan mengampuni dosaku? Lantas buat apa aku hidup jika jelas-jelas dosaku tidak diampuni oleh-Nya?
Malam itu aku benar-benar tidak dapat memejamkan mata. Aku gelisah sekali. Ya, sebandel-bandelnya kau ternyata masih takut dengan dosa dan neraka. Berhari-hari aku mengalami kegelisahan yang luar biasa. Hingga suatu malam, di saat kegelisahanku mencapai “puncaknya”, aku memutuskan untuk menemui seorang kyai. Aku melihat jam, sudah jam 12 malam, tapi aku tidak peduli, aku harus segera menemukan jawaban.
Kunaiki motorku dengan seorang teman, menuju rumah seorang kyai yang cukup ternama. Di sana aku mendapatkan penjelasan panjang lebar. Tapi aku merasa tidak puas dengan jawaban yang ku dapat. Esoknya kuajak temanku untuk menemui ustadz yang lain. Beberapa orang sudah kutanya, dari beberapa toloh organisasi Islam, maupun tokoh agama yang kuanggap mampu. Tapi dari semua jawaban yang mereka berikan tidak ada yang memuaskanku. Mereka mengatakan bahwa apa yang kulakukan hanyalah perantara atau wasilah, jadi tidak termasuk syirik. Namun entah kenapa, hatiku menolak jawaban itu.
Awal 1996
Aku memutuskan untuk mencari sendiri jawabannya. Sekarang aku lebih banyak menghabiskan waktuku di perpustakaan, untuk mencari buku-buku agama. Aku membaca seperti orang yang kehausan kemudian menemukan tetesan-tetesan air. Semua buku yang ada dari tipis sampai yang tebal kulalap habis, jika belum selesai aku sangat penasaran. Aku mulai mendekati teman-teman ROHIS, kupinjam buku-buku mereka. Sekarang aku makin benyak bergadang, tapi bukan untuk nongkrong seperti dulu, melainkan membaca buku yang sudah kupinjam sebelumnya. Aku sendiri heran, kekuatan dari mana yang mampu mendorongku begitu semangatnya untuk menekuni buku demi buku tiap harinya? Tentunya semua atas kehendak-Nya.
Kebiasaanku mulai kutinggalkan, teman-teman gengku juga mulai kujauhi, dan aku mulai jadi pendiam. Banyak yang heran melihat perubahanku yang sedrastis itu.
Aku mulai menjalankan shalat. Meski awalnya agak kaku, tapi kubulatkan tekadku untuk menjaga kewajibanku ini. Subhanallah, aku yang dulu merasa malu jika ketahuan shalat, karena akan menurunkan “wibawaku”, sekarang harus belajar dari nol tentang bacaan shalat. Aku juga mulai bertekad belajar mengaji, maka kutemui seorang ustadz di kampungku untuk belajar. Dan, hanya karena pertolongan dari Allah, aku sudah mampu membaca Al-Quran hanya dalam waktu seminggu. Allahu Akbar!
Dari membaca pula aku tahu bahwa merokok haram hukumnya. Maka tanpa menunggu waktu lagi, segera kutinggalkan rokok. Aku benar-benar mendapat pertolongan dari Allah, hingga mampu melakukan semua itu. Dari sebuah buku aku juga tahu, bahwa pakaian bagi laki-laki tidak boleh melebihi mata maki, dan sunnah memanjangkan jenggot. Maka sejak saat itu, aku mulai mengubah penampilanku.

September 1996
Sekarang aku mahasiswa sebuah PTS di Solo. Tempat yang pertama kucari adalah perpustakaan. Aku memang sudah “keranjingan” membaca buku-buku agama. Dan alhamdulillah, di sini referensinya lebih lengkap. Maka, aku mulai berkutat dengan buku-buku tebal, demi pencarian kebenaran yang kucari selama ini.
Hingga, aku membaca sebuah kitab tafsir. Dan alhamdulillah, aku menemukan ayat yang kucari-cari selama ini.” Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisa’:48)
Dari tafsirnya aku tahu, bahwa masih ada kesempatan bertaubat bagi orang-orang yang melakukan dosa syirik selama dia masih bisa bertaubat kepada Allah. MasyaAllah, indahnya! Aku menangis, dan bersujud syukur atas karunia ini. Kini semangatku bertambah besar, jika Allah masih membuka pintu taubat, maka apalagi yang kutunggu?
Hingga suatu hari, aku lewat di masjid dekat kosku. Di sana aku melihat sekumpulan orang yang berpenampilan sama dengan penampilanku sedang mengikuti pengajian. Maka tanpa ragu lagi, aku masuk masjid dan ikut mendengarkan. Meski awalnya masih malu karena belum ada yang kukenal, tapi aku merasa tertarik dengan penyampaian ustadz tersebut. Subhanallah, baru kali ini aku mendengar penyampaian materi dengan ilmu dan hujjah yang mantap, tidak dibuat-buat.
Maka aku selalu mengikuti setiap taklim yang ada di masjid tersebut. Aku juga mulai kenal dengan baik ikhwan-ikhwan di sana. Ya, inilah yang kucari-cari selama ini. Pemahaman Islam sesuai dengan salafusshalih. Dan aku mulai mantap di atas manhaj salaf ini. Hingga aku menutuskan untuk tinggal di masjid, meskipun kosku belum genap 3 bulan kutempati. Aku ingin lingkungan yang lebih baik dan kondusif untuk belajar tentang din. Dengan dorongan dari ikhwan-ikhwan serta ustadz aku berhasil “membuang” ilmu tenaga dalamku.
Sekarang aku merasakan nikmatnya thalabul ‘ilmi. Tahun 1997, untuk menambah pengetahuanku aku ikut kursus bahasa Arab yang diselenggarakan sebuah pondok dan menjadi mustami’ di tadribud du’at.

Februari 2007
Kini aku telah berkeluarga, dengan seorang istri dan 2 anak. Jika kuingat-ingat kilasan 11 tahun yang lalu, semakin besar syukurku kepada Allah. Allah telah memberikan hidayah-Nya kepadaku, dan Dia-lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Dan Alhamdulillah, meskipun dengan usaha yang berat, keluargaku sudah bisa menerima prinsip dan keyakinanku. Meski demikian, aku sadar tugasku belum selesai. Aku masih memilki kewajiban mendidik keluargaku, berdakwah kepada orangtuaku, mendakwahi keluarga istriku, dan masyarakat sekitar. Sebuah tugas yang tidak ringan. Tapi aku yakin dengan pertolongan Allah. Ya Allah, mudahkanlah! (al faqir ilallah, Ibnu Abdurrahman)

Ayah Engkau Lebih Berharga Dari Uang Itu

Salah satu da’i berkata, “Ada seorang laki-laki memiliki hutang, dan pada suatu hari datanglah kepadanya pemilik hutang, kemudian mengetuk pintunya. Selanjutnya salah seorang putranya membukakan pintu untuknya. Dengan tiba-tiba, orang itu mendorong masuk tanpa salam dan penghormatan, lalu memegang kerah baju pemilik rumah seraya berkata kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah, bayar hutang-hutangmu, sungguh aku telah bersabar lebih dari seharusnya, kesabaranku sekarang telah habis, sekarang kamu lihat apa yang kulakukan terhadapmu hai laki-laki?!
Pada saat itulah sang anak ikut campur, sementara air mata mengalir dari kedua matanya saat dia melihat ayahandanya ada pada kondisi terhina seperti itu.
Dia berkata,”Berapa hutang yang harus di bayar ayahku?’
Dia menjawab,”Tujuh puluh ribu real.”
Berkata sang anak,”Lepaskan ayahku, tenanglah, bergembiralah, semua akan beres.”
Lalu masuklah sang anak kekamarnya, dimana dia telah mengumpulkan sejumlah uang yang bernilai 27 ribu Real dari gajinya untuk hari pernikahan yang tengah ditunggunya. Akan tetapi dia lebih mementingkan ayahanda dan hutangnya daripada membiarkan uang itu di lemari pakaiannya. Sang anak masuk ke ruangan lantas berkata kepada pemilik hutang, “Ini pembayaran dari hutang ayahku, nilainya 27 ribu Real, nanti akan datang rizki, dan akan kami lunasi sisanya segera dalam waktu dekat Insya Allah.”
Di saat itulah, sang ayah menangis dan meminta kepada lelaki itu untuk mengembalikan uang itu kepada putranya, karena ia membutuhkannya, dan dia tidak punya dosa dalam hal ini. Sang anak memaksa agar lelaki itu mengambil uangnya. Lalu melepas kepergian lelaki itu di pintu sambil meminta darinya agar tidak menagih ayahnya, dan hendaknya dia meminta sisa hutang itu kepadanya secara pribadi.
Kemudian sang anak mendatangi ayahnya, mencium keningnya seraya berkata, “Ayah, kedudukan ayah lebih besar dari uang itu, segala sesuatu akan diganti jika Allah azza wa jalla memanjangkan usia kita, dan menganugerahi kita dengan kesehatan dan ‘afiyah. Saya tidak tahan melihat kejadian tadi, seandainya saya memiliki segala tanggungan yang wajib ayah bayar, pastilah saya akan membayarkan kepadanya, dan saya tidak mau melihat ada air mata yang jatuh dari kedua mata ayah di atas jenggot ayah yang suci ini.”
Lantas sang ayah pun memeluk putranya, sembari sesegukan karena tangisan haru, menciumnya seraya berkata, “Mudah-mudahan Allah meridhai dan memberikan taufiq kepadamu wahai anakku, serta merealisasikan segala cita-citamu.”
Pada hari berikutnya, saat sang anak sedang asyik melaksanakan tugas pekerjaannya, salah seorang sahabatnya yang sudah lama tidak dilihatnya datang menziarahinya. Setelah mengucapkan salam dan bertanya tentang keadaannya, sahabat tadi bertanya,
“Akhi (saudaraku), kemarin, salah seorang manajer perusahaan memintaku untuk mencarikan seorang laki-laki muslim, terpercaya lagi memiliki akhlak mulia yang juga memiliki kemampuan menjalankan usaha. Aku tidak menemukan seorang pun yang kukenal dengan kriteria-kriteria itu kecuali kamu. Maka apa pendapatmu jika kita pergi bersama untuk menemuinya sore ini?”
Maka berbinar-binarlah wajah sang anak dengan kebahagiaan, seraya berkata,
“Mudah-mudahan ini adalah do’a ayah, Allah azza wa jalla telah mengabulkannya.”
Maka dia pun banyak memuji Allah azza wa jalla. Pada waktu pertemuan di sore harinya, tidaklah manajer tersebut melihat kecuali dia merasa tenang dan sangat percaya kepadanya, dan berkata,
“Inilah laki-laki yang tengah kucari.”
Lalu dia bertanya kepada sang anak, “Berapa gajimu?”
Dia menjawab, “Mendekati 5 ribu Real.”
Dia berkata, “Pergi besok pagi, sampaikan surat pengunduran dirimu, gajimu 15 ribu Real, bonus 10% dari laba, dua kali gaji sebagai tempat dan mobil, dan enam bulan gaji akan di bayarkan untuk memperbaiki keadaanmu.”
Tidaklah pemuda itu mendengarnya, hingga dia menangis sambil berkata, “Bergembiralah wahai ayahku.”
Manajer pun bertanya kepadanya tentang sebab tangisannya. Maka pemuda itu pun menceritakan apa yang telah terjadi dua hari sebelumnya. Maka manajer itu pun memerintahkan untuk melunasi hutang-hutang ayahnya. Adalah hasil dari labanya pada tahun pertama, tidak kurang dari setengah milyar Real Berbakti kepada kedua orang tua adalah bagian dari ketaatan terbesar, dan bentuk taqarrub kepada Allah azza wa jalla yang teragung.
Dengan berbakti kepada keduanya rahmat-rahmat akan diturunkan, segala kesukaran akan disingkapkan. Dan Allah azza wa jalla telah mengaitkan antara berbakti kepada kedua orang tua dengan tauhid, Allah azza wa jalla berfirman: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al Israa’. 23]
Di dalam shahihahin, dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal mana yang paling dicintai oleh Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Kukatakan lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Kukatakan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” [HR.al Bukhari & Muslim]
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Akan datang atas kalian Uwais bin ‘Amir bersama dengan penduduk Yaman dari Murad kemudian dari Qorn. Dulu dia kena penyakit sopak, kemudian sembuh darinya kecuali selebar koin uang dirham. Dia punya seorang ibu yang dulu dia berbakti kepadanya. Seandainya dia bersumpah atas nama Allah, pastilah akan dipenuhiNya. Maka jika kamu mampu dia beristighfar untukmu, maka lakukanlah.” [HR. Muslim]
Ini pula Hiwah bin Syuraih, dia adalah salah seorang Imam kaum muslimin dan ulama yang terkenal. Dia duduk pada halaqohnya mengajar manusia. Berbagai thalib (penuntut ilmu) datang kepadanya dari segenap tempat untuk mendengar darinya. Maka suatu ketika ibunya berkata kepadanya, saat dia berada di tengah-tengah muridnya, “Berdirilah wahai Hiwah, beri makan ayam.” Maka dia pun berdiri dan meninggalkan kajian.
Ketahuilah wahai saudaraku yang tercinta, bahwasanya termasuk pintu-pintu sorga adalah Babul Walid (Pintu berbakti kepada orang tua). Maka janganlah kehilangan pintu tersebut, bersungguh-sungguhlah dalam menaati kedua orang tuamu. Demi Allah, baktimu terhadap keduanya termasuk diantara sebab-sebab kebahagiaanmu di dunia akhirat.
Aku memohon kepada Allah azza wa jalla agar memberikan taufik kepadaku dan seluruh kaum muslimin untuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya. 
Wallahu a`lam




Minggu, 04 Agustus 2013

Akhir Penantian

Kasih
Sungguh aku tak menduga
S’lama ini, kau hanya membuat luka
Dalam sanubari ku
Telah sekian lama aku menunggu
Namun, apa yang aku rasakan
Setelah aku bertemu dengan mu
Hanya luka yang ada dalam hatiku
Ketika ku tersadar
Kau hanyalah menggoreskan luka dihatiku
Sungguh aku tak menduga
Begitu tajam hatimu padaku
Kini, setelah ku tahu
Siapa sebenarnya dirimu
Ku tak akan lagi menantimu
Biarlah cintaku hilang bersama kenangan lalu
Ku relakan semua itu
Janganlah kau hampiri ku lagi
Bila cintamu bukanlah untukku


karya: Shinta Nuraini

Rasa Rindu ku

kau mengajari ku melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
merengkuh rasa takut tanpa perlu susut
ku terdiam dan terbangun dari ilusi
namun aku tak memilih untuk pergi
aku merindukan mu
disaat aku merasakan kesepian
aku merindukan mu ketika
aku terbangun dari ilusi ku
aku merindukanmu ketika
aku teringat akan sapa lembut mu



karya: Shinta Nuraini

Cinta Itu Anugerah

Saat hari-hariku, kamu ada
Semua pasti terasa berbeda
Kamu itu bikin dunia bisa tertawa
Ha..ha..ha..!
Sudah cantik, baik, menarik..kurang apa lagi!
Di dirimu ada canda, tawa yang segarkan suasana
Demian bilang..kamu itu…sempurna
Memang…raga jiwaku terpana, terlena, terpesona…bla..bla..bla
Jadi..jangan salahkan aku
Jika hati ini runtuh…terjatuh, gara-gara kamu
Biarkan aku mengagumimu, sepenuh hati
Atau mengharapkanmu, selagi bisa
Kamu yang slalu buat aku tersenyum
Kamu yang bikin jantungku berdegup kencang
Kamu yang tlah membawa cerita cinta dihatiku
Kamu yang akhirnya memberi arti dihidupku
Aku baru sadar..
Kamu itu bidadari…yang turun dari khayangan
Buat nemenin aku..kini dan selamanya
Akan kujaga rasa ini, hingga batas waktuku
Tuhan…nikmatmu tak pernah mendustakan
Meski kadang datang dengan semua keajaiban
Larut sujud hamba atas segala
Kebesaran dan keagunganmu…Tuhan


karya: Shinta Nuraini

Mencoba Mencintai

Telah Ku Coba
Ku coba untuk mencintai dan menyayangi dirimu
Tapi hasrat hati, itu tak mungkin
Ku coba berusaha meyakinkan diriku
Namun, apa daya ku
Ku coba tuk bertahan dan terus bertahan
Mempertahankan cinta yang kau beri
Namun, aku gagal
Kasih,
Maafkan aku
Bukan ku tak mampu berbagi denganmu
Tapi Jujur ku katakan
Akupun ingin berbagi denganmu
Berbagi cerita cinta dan kasih sayang
Entah mengapa bibir ini berat tuk berkata
Kasih,
Apalah arti diriku
Aku hanyalah manusia biasa
Yang tak mampu memberi tahta
Serta kebahagiaan dihatimu
Kasih,
Bukanlah niat hati
Tuk menyakiti dan mngecewakanmu
Namun, ku harap kau mengerti
aku tidak terlalu pantas bagimu


karya: Shinta Nuraini

Cinta Pertama

Akhirnya,
masa-masa itu datang juga dalam hidupku
saat pertama kali aku melihatmu dengan perasaan yang berbeda
Senyummu
rambutmu
suaramu
membuatku merasa beruntung dilahirkan sebagai lelaki
Jadi inikah cinta?
yang membuat orang rela mati untuknya
yang membuat orang rela minum racun serangga
yang membuat kisah Romeo & Juliette abadi
ah, ternyata…
Jatuh cinta berbeda dengan jatuh dari pohon mangga
jatuh cinta tidak sama dengan jatuh dari sepeda
jatuh hati tidak seperti jatuh saat berlari.



karya: Shinta Nuraini

Ketika Cinta Menyapa

ada yang tiba-tiba datang dalam hatiku
seketika
sesaat setelah kau lemparkan senyum itu
melesat dan menancap tepat di jantung hatiku
tak terbendung
dan aku pun terdiam
tak kuasa
tak berdaya
seperti kupu kupu di taman bunga
saat musim bersemi
derai rambutmu menebar aroma cinta
membiusku dalam lamunan
yang berujung pada kekaguman jiwa
sesaat setelah kau mengisyaratkan cinta
lewat kedua bola matamu
yang kurasa begitu indah



karya: Shinta Nuraini

Tatapan Matamu

Matamu memberikan pancaran cahaya yang indah
Mata mu adalah mata yang paling indah yang pernah ku lihat
Sinar matamu membuat hati ku menjadi tenang


Tatapan mata mu mampu menembus dinding serta relung hatiku
Sorot matamu mampu mengalihkan setiap pandangan ku
Mata mu membuat ku merasakan sesuatu


Sesuatu yang tak dapat ku ungkapkan dengan kata
Hanya dengan selembar kertas dan sebuah tinta hitam
Ku mampu untuk mengungkapkan segala rasa yang ada di dalam hati ku




karya: Shinta Nuraini

Cinta Untuk kekasih hati

saat mentari tak lagi menampakkan sinarnya
ketika sang surya tergantikan oleh sinar bulan
disini aku masih menunggumu
menunggu dirimu yang tak pasti kapan akan kembali
diri ini tak mampu lagi menahan
gejolak kerinduan padamu
kasih. . .. kembalilah
bawalah sejuta cintamu untukku

berikan ku cinta putihmu
berikan aku tulus kasihmu
aq menginginkan kamu yang dulu
yang tulus mencintaiku

kepergianmu menghancurkan hatiku
meninggalkan goresan-goresan luka dalam hatiku
kasih. . . kembalilah
aq masih menunggumu disini
saat ini,esok,dan selamanya 





karya: Shinta Nuraini

Cinta Rindu " Alunan Cinta "

Wahai dirimu yang di sana
Rasakan alunan rindu ini
Ingin rasanya aku memeluk erat dirimu
Takkan pernah ku lepas
Agar kamu tahu betapa aku merindumu

Rasakan setiap denyut nadiku ini
Serasa cepat berdetak di dekatmu
Tatapanmu semakin dalam
Membuatku tak mampu menahan

Lembut bibirmu ku rasakan
Membawaku dalam indahnya angan
Terbuai oleh lembut kasihmu
Yang selama ini ku nantikan

Wangi semerbak tubuhmu
Membuatku semakin ingin di dekatmu
Tak ingin ku jauh darimu
Kan kutemani seumur hidupku

Pesonamu t’lah membuatku
Tersihir dalam alunan cintamu
Cinta yang begitu indah kurasakan
Tak terkira indahnya dunia

Ingin ku lalui hari-hari ini
Hanya denganmu seorang wahai pujaan
Bersama kita kan menjalin cinta
Cinta suci untuk selamanya 





karya: Shinta Nuraini

Cinta " Andai Ku Bisa "

Andaikan ku bisa,,,
Kan ku bawa dirimu ke angkasa
Melihat bintang yang bertaburan
Melihat indahnya bulan saat malam datang

Andaikan ku bisa,,,
Kan ku hitung banyaknya bintang
Agar kamu tahu
Cintaku tak terhitung untukmu

Andaikan ku bisa,,,
Kan ku ajak kamu keliling dunia
Mengarungi luasnya samudra
Yang tak terkira

Andaikan ku bisa,,,
Ku bawa dirimu ke dasar samudra
Agar kamu tahu
Sedalam itu aku mencintaimu

Kasih,,,,
Aku hanyalah manusia biasa
Semuanya hanya ilusi semata
Mungkin aku tak sesempurna yang kamu pinta
Tapi aku punya cinta
Yang melebihi segalanya

Tapi percayalah kasih
Jika saatnya tiba
Kan ku bawa kamu ke dalam istana
Istana cinta kita
Menggapai mahligai cinta berdua
Bahagia untuk selamanya

Cinta Pertama " Jatuh Cinta Pandangan Pertama"

Saat pertama aku mengenalmu
Hati ini terasa bahagia
Jantungku berdetak dengan cepat
Jiwa ini seakan-akan terbang melayang

Kamu adalah sosok yang selama ini kucari
Kucari dalam khayalan mimpi
Sekarang tepat berada di depan mata ini
Membuatku tak mampu berucap lagi

Raga ini terasa kaku
Perasaan ragu masih menghantuiku
Apakah ini benar-benar nyata?
Ataukah hanya ilusi semata

Sempat terucap olehmu
Kata-kata yang membuatku bingung
Kamu nyatakan peraaanmu padaku
Bahwa kamu mengagumiku

Sungguh aku terkejut dengan ucapanmu
Ucapan yang keluar dari bibir manismu
Membuatku semakin terpesona
Tak mampu menahan gejolak cinta ini

Aku bingung harus bagaimana
Tak mampu aku ucapkan
Sepatah katapun tak mampu
Membisu seribu bahasa
Seperti patung yang tak bisa apa-apa

Secepat inikah kamu mengatakannya?
Sungguh tak dapat dipercaya
Mungkin ini yang dinamakan cinta pandangan pertama
Tak peduli bagaimanapun keadaannya
Ku terima kamu apa adanya

Cinta Sejati Untuk Kekasih

Duhai kekasih pujaan
Dengarkanlah rintihan hatiku ini
Hati yang masih setia menunggumu
Menunggumu kembali di sisiku

Aku tak mampu tanpamu
T’lah kucoba lalui hidup sendiri
Melalui kegalauan hati ini
Tapi semua terasa mati
Tanpamu yang kucintai

T’lah kucoba berpaling
Membuka hati ini untukknya
Tapi aku tak sanggup
Semua hanya pelampiasan semata

Hanya tulus kasihmulah
Yang mampu membuatku bahagia
Walau kadang ku tahu
Kamu tak seperti yang kuinginkan
Tapi,,,percayalah kasih
Hati ini hanya milikmu seorang

Tak pernah ku dengarkan apa kata orang
Yang memintaku untuk melupakanmu
Menilai dirimu hanya dengan sebelah mata
Tanpa mengetahui apa kelebihan di balik kekuranganmu

Tapi percayalah,,,
Aku mencintaimu apa adanya
Tanpa melihat seberapapun kekuranganmu
Karena di dunia ini tak ada yang sempurna

Biarkanlah cinta kita menyatu
Mengalir apa adanya
Mencoba saling melengkapi
Ku yakin cinta kita akan abadi
Abadi untuk selamanya
Sampai akhir hayat memisahkan kita

Cinta Tak Harus Memiliki

Sekian lama ku mencoba melupakan
Tapi bayangan dirimu semakin nyata
Menghampiri setiap hari-hariku

Ingin rasanya aku melupakanmu
Melupakan rupa indahmu
Menghapus namamu dalam hatiku
Tapi,,,
Semakin aku mencoba melupakan
Bayangan dirimu semakin nyata dalam hidupku
Namamu selalu terukir indah di hatiku

Manis senyummu membuatku semakin rindu
Rindu semua tentang kamu
Ingin rasanya aku memilikimu seutuhnya
Memiliki jiwa dan ragamu
Memiliki semua kasih sayangmu

Entah sampai kapan aku bisa bertahan
Berharap sesuatu yang tak pasti
Mengharapkan cinta yang abadi
Cinta yang tulus darihati
Tapi hanya impian semata

Oh Tuhan,,,
Jika memang dia jodohku,dekatkanlah
Tapi,,,jika dia bukan jodohku
Hilangkan dia dari fikiranku
Sia-sia rasanya aku mengharapkan dia
Dia yang tak pernah mencintaiku lagi
Ku hanya bisa menerima keadaan

Jika memang ini jalannya
Kan ku coba ikhlaskan semua
Walau mungkin bukan bersamaku
Asalkan dia bahagia
Aku akan terima

Aku sadari,,,
Cinta tak harus saling memiliki
Biarkan rasa ini kupendam dalam hati
Kan menjadi cinta abadi,,,

Cinta Tak Di Restui

Sekian lama kita jalani
Kisah cinta yang ada
Tapi belum juga kita temukan
Arti kebahagiaan yang sesungguhnya

Cintaku padamu begitu besar
Ku lalui denganmu walau harus kulawan waktu
Waktu yang terus berjalan tanpa henti
Seperti hatiku yang tak pernah berhenti mencintaimu
Walau kadang sakit yang harus aku terima
Air mata yang selalu jadi korbannya

Telah lama aku bertahan
Mempertahankan kasih suci kita
Mencoba mengarungi jalan berliku
Jatuh bangun kita rasakan bersama
Tanpa restu orang tuaku

Maafkan aku sayang
Karna aku terlalu mencintaimu
Tapi,,,
Aku juga sangat mencintai orang tuaku
Aku tak mau menyakiti meraka
Mereka yang t’lah merawat aku dari kecil
Hingga aku menjadi sekarang ini

Ku sadari,,,
Aku pun belum bisa membahagiakan mereka
Membuat mereka bangga kepadaku
Bangga pernah melahirkanku
Waktuku selama ini terbuang sia-sia
Semua hanya untuk dirimu seorang
Karena cintaku yang begitu dalam kepadamu
Walau harus ku jalani tanpa restu dari mereka

Kini aku lelah dengan semua ini
Ingin ku akhiri kisah cinta ini
Tapi terlalu sulit bagiku melepaskanmu
Tapi akupun juga tak mampu
Menjalani kisah ini tanpa restu dari mereka
Akupun juga tak mau
Dianggap anak yang durhaka

Maafkan aku,,,
Kini aku harus menjauhimu
Mencoba jalani hidup tanpamu
Bukan karena aku tak cinta
Tapi karena cinta kita tak direstui
Biarlah cinta ini abadi di hati
Mungkin sampai ku mati